Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Kamis, 25 Januari 2018

Menjadi Pramuka

Aku juga ingin mengucapkan selamat hari pramuka.
Lantas ku ingat amanah yang kadangkala ku abaikan.
Cukup bertanggungjawab dan dapat dipercayakah aku untuk menyebut diriku pramuka?

Aku ingin mengucap selamat hari pramuka.
Lantas ku ingat kata kataku yang kadangkala menyakiti orang lain.
Cukup sucikah aku dalam pikiran perkataan dan perbuatan untuk menyebut diriku pramuka?

Aku ingin mengucap selamat hari pramuka.
Lantas ku ingat waktu yang kadang ku lalaikan.
Cukup disiplin berani dan setiakah aku untuk menyebut diriku pramuka?

Aku ingin mengucap selamat hari pramuka.
Lantas ku ingat si miskin yang kubiarkan kelaparan di jalan.
Cukup berkasih sayangkah aku kepada sesama manusia untuk menyebut diriku pramuka?

Bukan karena baju coklatnya orang menjadi pramuka. Sebab tak ada diantara sepuluh dharma itu yang menyebutkan seragam. Tak pula karena tali temali orang menjadi pramuka. Sebab tak ada diantara sepuluh dharma itu yang menyebutkan tekpram.

Pramuka adalah tentang sepuluh nilai dasar yang menjadikan manusia paripurna. Lalu adakah manusia yang separipurna itu selain para penyampai pesan Tuhan? Jika tak ada, apakah berarti pramuka itu tak pernah betul betul ada?

Di ujung kontemplasi ini ku temukan jawaban yang justru berada di awal seseorang menjadi pramuka. Pada janji yang dijamin atas nama kehormatan. Pada trisatya kudapati jawabannya. Bahwa pramuka bukan soal hasil akhir tapi pada kesungguhan gerak menuju padanya. Pada setiap yang menjadi pramuka harus terlebih dahulu berjanji akan "bersungguh sungguh" menjalankan kewajiban kepada tuhan, negara, masyarakat dan nilai nilai dasar yang sepuluh itu. Jadi makna pramuka bukan pada hasil tapi pada proses yang dilalui secara bersungguh sungguh menuju paripurna.

Jadi apakah aku sudah pramuka? Yang pasti aku pernah berjanji untuk bergerak menuju paripurna. Pada gerak itu aku merasa pramuka.

Jadi bolehlah kali ini ku ikut mengucap Selamat hari pramuka bagi yang masih bersungguh sungguh menuju paripurna.

Makassar 14 Agustus 2017

Dunia yang Kukejar


Dunia yang ku kejar

Kuharap kepalaku kan tegak

Kudapati kepalaku tertunduk malu

Dunia yang ku kejar

Kupikir cita-cita ideal kan terwujud

Kudapati kompromi-kompromi yang kian busuk

Dunia yang kukejar

Tak henti hentinya memanggil tuk terus berlari

Kupikir sekarang aku yang dikejarnya

Dunia yang kukejar

Dalam berdiri ku tegak

Otak dipuncak

Hati terinjak

Kamis 20 Juli 2017

Makassar

Rabu, 02 November 2016

Pemuda Kota Makassar: Harapan atau Kecemasan?

Sumber: http://www.aktual.com/
Tidak sedikit orang di luar Makassar yang memiliki pandangan bahwa Makassar itu kota “kasar”. Stigma negatif tersebut cukup beralasan. Lihat saja misalnya data dua tahun beruturut-turut (2015 dan 2016), Kota Makassar selalu menempati ranking satu untuk tingkat kriminalitas tertinggi di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data dari Polda Sulsel, dari bulan Januari sampai Maret 2016 terdapat 378 kasus kejahatan di Kota Makassar. Jumlah itu terhitung sekitar tujuh kali lipat dengan angka kejahatan di Kabupaten Gowa yang menempati posisi kedua tertinggi setelah Makassar. Kejahatan yang tercatat terdiri dari kasus penganiayaan berat (anirat), pembunuhan, pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian hewan ternak hingga kasus narkoba. (Liputan 6, 2016). Apa yang paling mencengangkan dari data tersebut adalah pelaku kejahatan didominasi oleh kaum muda. Tidak sedikit diantaranya yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.
Berbagai kasus kejahatan yang didominasi oleh pemuda tersebut menumbuhkan kekhawatiran tentang masa depan Kota Makassar. Akan jadi seperti apa Kota Makassar kedepan jika kaum muda banyak yang sedini mungkin telah terpapar kejahatan? Apakah masih ada harapan bagi kota ini untuk menjadi lebih baik? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab dengan lebih dahulu menjernihkan pemahaman kita mengenai pemetaan pemuda di Kota Makassar.
 
 
Blogger Templates