Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Minggu, 04 Mei 2014

Sejarah Danau Tempe

danau tempe
Danau Tempe terletak di tiga Kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Soppeng. Danau Tempe dikelilingi oleh tujuh kecamatan yang tersebar di tiga kabupaten diantaranya: Kecamatan Tempe, Belawa, Tanasitolo dan Sabbangparu di Kabupaten Wajo; Kecamatan Donri-Donri dan Marioriawa di Kabupaten Soppeng dan Kecamatan Pancalautang di Kabupaten Sidenreng Rappang.
Danau Tempe di masa lalu digambarkan oleh Pelras (2006) sebagai jalur pelayaran. Pada saat itu, Danau Tempe menjadi poros dua jalur pelayaran strategis di Sulawesi Selatan, yaitu jalur yang menghubungkan Selat Makassar dengan Teluk Bone serta jalur Teluk Bone hingga hulu Sungai Walanae. Jalur pertama yaitu jalur pelayaran dari Selat Makassar melalui Pare-Pare, Danau Sidenreng, Danau Tempe dan keluar ke Teluk Bone melalui Sungai Cenranae. Sedangkan jalur kedua yaitu dari Teluk Bone masuk melalui sungai Cenranae dan terus sampai hulu Sungai Walanae yang berada di daerah pegunungan Soppeng, Bone dan Maros. Kedua jalur ini menjadi jalur strategis pada masa itu karena belum adanya jalur darat yang menghubungkan tempat-tempat tersebut. Catatan sejarah ini diperkuat oleh adanya bukti fisik berupa jangkar besar yang ditemukan di dasar Danau Tempe. Jangkar yang tingginya kurang lebih dua meter tersebut sekarang dipajang di depan museum Saoraja Mallangga di Kota Sengkang. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa kapal yang berlayar di Danau Tempe merupakan kapal-kapal besar sehingga memberikan gambaran bahwa Danau Tempe di masa lalu merupakan danau yang cukup dalam untuk dapat dilalui oleh kapal-kapal besar.
Gambar dirujuk dari: http://artmelayu.blogspot.com/
Adanya jalur pelayaran yang cukup besar melalui Danau Tempe pada masa lalu dapat juga ditelusuri melalui perubahan kondisi geografis Danau Tempe dari masa ke masa. Ambo Tang Daeng Matteru mengungkapkan empat tahapan perubahan bentuk fisik dari lokasi di sekitar Danau Tempe. Tahap pertama yaitu pulau Sulawesi bagian selatan masih terpisah dari pulau Sulawesi oleh selat yang membentang dari selat Makassar ke Teluk Bone. Kondisi ini diperkirakan berlangsung pada masa sebelum Masehi. Tahap kedua yaitu ketika terjadi pendangkalan dan penyempitan pada kedua ujung selat sehingga membentuk sebuah danau besar. Tahap kedua ini diperkirakan berlangsung pada abad pertama sampai abad ke-16 Masehi. Proses pendangkalan terus terjadi sehingga terbentuk empat sub danau. Masa ini adalah tahap ketiga perubahan kondisi geografis yang diperkirakan berlangsung pada abad ke-17 sampai abad ke-18. Empat sub danau yang terbentuk pada tahap ini yaitu Danau Alitta,  Danau Sidenreng, Danau Tempe dan Danau Lapongpakka. Pada tahap ini juga terbentuk beberapa danau kecil lainnya, salah satunya adalah danau Lampulung. Pada tahap ke-4, tepatnya pada  abad ke-19 hingga ke-20, Danau Alitta telah hilang. Danau yang tersisa yaitu Danau Tempe, Danau Sidenreng, Danau Lapongpakka dan Danau Lampulung. Pada masa ini, jalur yang menghubungkan Selat Makassar dengan Teluk Bone telah benar-benar terputus. Perubahan kondisi geografis tersebut di atas digambarkan sbb.:
 Sumber: diolah dari http://www.belawa.com/
Sejarah perubahan kondisi fisik yang diungkapkan oleh Ambo Tang Daeng Matteru sebagian besar dapat dikonfirmasi berdasarkan catatan sejarah yang diungkapkan oleh Christian Pelras. Danau Besar yang terbentuk pada tahap kedua juga disebutkan dalam buku Manusia Bugis karya Christian Pelras tersebut. Pelras (2006) menceritakan bahwa pada tahun 1945, seorang asal Portugis bernama Manuel Pinto menggambarkan Danau Besar tersebut dapat dilalui oleh sebuah kapal layar Portugis yang panjang dan dilengkapi deretan dayung di kedua sisinya (futsa besar). Ukuran danau tersebut digambarkan lebarnya lima legua Portugis dan panjangnya 20 legua Portugis (lebarnya sekitar 25 km dan panjangnya 100 km menurut Pelras). Dalam bahasa Bugis, Danau Besar dinamai “Tappareng Karaja” yang artinya Danau Besar, sementara dalam bahasa Makassar Danau Besar tersebut dinamai “Tamparang La’baya” yang artinya laut air tawar. Masyarakat Bugis mengartikan kata “tappareng” dengan kata danau, sementara masyarakat Makassar mengertikan kata “tamparang” dengan kata laut. Terlepas dari perbedaan pengertian antara suku Bugis dan Makassar, pemberian nama oleh kedua suku yang berada di sekitar danau tersebut membenarkan keberadaan danau yang sangat besar di masa lalu. Sedemikian besarnya hingga suku Makassar menyamakannya dengan Laut.
Tidak banyak informasi sejarah yang menjelaskan mengapa pendangkalan Danau Besar bisa terjadi. Informasi sejarah pendangkalan Danau Besar yang ada hanya dimulai pada abad ke-14. Pendangkalan yang menyebabkan perubahan kondisi geografi Danau Besar dikisahkan oleh Pelras (2006:11) yaitu:

“sejak sekitar abad ke-14 Masehi, penebangan hutan secara luas, pembukaan lahan pertanian secara terus menerus di dataran rendah dan lembah, ditambah pembukaan atau perluasan lahan perkebunan dan penanaman palawija dengan sistem ‘tebang bakar’ atau ‘babat-bakar’ yang terlalu intensif di perbukitan dan di pegunungan, telah menyebabkan perbukitan gundul, lembah tandus serta musnahnya berbagai jenis flora. Hal itu pada gilirannya merupakan penyebab terjadinya erosi yang parah dan pendangkalan danau serta muara sungai

Pada bagian lain, Pelras (2006: 74) menyebutkan:

“Selama berabad-abad aliran lumpur dalam jumlah yang besar yang terbawa arus sungai Saddang, Walanae, dan Bila mengubah ‘Danau Besar’ (Tappareng Karaja) di abad ke-16 itu menjadi tiga danau lebih kecil dan lebih dangkal”

Dari informasi sejarah yang diungkapkan oleh Pelras, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pendangkalan terjadi akibat erosi dan sedimentasi yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Bahkan setelah enam abad kemudian, erosi dan sedimentasi masih terus berlanjut yang tentu saja disebabkan karena aktivitas yang menyebabkan erosi dan sedimentasi juga masih terus berlanjut. Jika demikian halnya, maka Danau Tempe ke depan hanya akan ada dalam teks-teks sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates