Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Rabu, 06 Juni 2018

Kerja Kolektif


Untuk teman-teman 
CPNS STIA LAN MAKASSAR 2018

Tulisan ini terinspirasi dari kado ulang tahun dari Istri saya pada 23 Mei 2018. Lewat tengah malam tiba-tiba saya disodorkan sebuah buku catatan. Di halaman awal tertempel sebuah foto kami sekeluarga. Di halaman-halaman selanjutnya tertulis kenangan-kenangan dia tentang saya, mulai dari bagaimana kami berkenalan hingga akhirnya berumah tangga. Tak perlu saya ceritakan detailnya disini. Cukuplah romantisme itu untuk saya sendiri, disamping saya khawatir kisah itu menjadi kekerasan verbal bagi teman-teman yang masih lajang. Hihi..

Sebelumnya, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua teman yang telah mendoakan saya di perulangan hari kelahiran saya 23 Mei 2018. Juga untuk kue ulang tahun sehari setelahnya. Sebenarnya di keluarga kami tidak merayakan ulang tahun dengan cara seperti itu. Apalagi sampai pakai kue ulang tahun. Saya bersyukur hari itu tidak ada lilin segala. Saya sudah tau kalau akan ada kue ulang tahun di senja itu. Sebagian dari diri saya ingin menolak dan merusak semua rencana kalian. Tapi saya tau ada yang lebih penting yang sangat saya hargai dari semua itu: KERJA KOLEKTIF. Dan inilah yang akan menjadi inti dari tulisan ini.

Dua hari yang lalu, tepatnya Senin, 4 Juni 2018, saat assesor BAN PT bertanya kepada kita semua tentang apa yang menyenangkan selama di STIA LAN Makassar. Barangkali teman teman yang hadir saat itu tau jawaban saya adalah kerja sama dengan kalian semua. Saya pernah bekerja sendiri dalam waktu yang cukup lama, sehingga bekerja bersama sungguh menyenangkan. Saya sungguh menikmati moment-moment belajar bersama, mengerjakan tugas bersama dan berbagi tugas besama. Bahwa ada satu dua gesekan atau perdebatan yang tidak berujung saya pikir itu adalah bagian dari kerja kolektif yang tetap saja menyenangkan. Semoga kerja-kerja kolektif ini bisa dipertahankan.
Kita sama-sama belum tau bagaimana kerja kolektif ini akan berakhir. Yang paling sering kita dengarkan adalah mutasi ke unit kerja yang baru. Entah kemana dan entah kapan. Meski semua masih misteri, yang paling penting adalah mensyukuri setiap waktu yang ada. Salah satu caranya adalah melalui dokumentasi. Yang selama ini selalu dilakukan adalah berfoto rame-rame. Karena menurut anak fotografi: satu gambar itu bisa bercerita lebih dari seribu kata. Maka teruslah berfoto. Hidup FOTO!!

Melalui tulisan ini saya menawarkan sebuah bentuk dokumentasi yang sepertinya lebih produktif dari sekedar foto-foto. Saya mengajak teman-teman mengikat kenangan-kenangan melalui kumpulan tulisan. Saya berharap kita sekali lagi melakukan KERJA KOLEKTIF yang bisa menghasilkan sebuah buku kumpulan tulisan.

Lalu apa yang sebaiknya ditulis? Saran saya adalah semua kenangan mulai dari proses pendaftaran, CPNS hingga (semoga) jadi PNS. Ada banyak kasus dan perspektif yang saya pikir akan menarik untuk ditulis. Temanya bisa yang agak berat berupa opini, misalnya: perubahan pola latsar, kasus e-learning yang belum ramah milenial, manajemen Calon ASN, penyampaian materi latsar, muatan modul latsar, efisiensi penyelenggaraan latsar, pengaruh tukin terhadap kinerja CPNS, dll. Ada banyak sekali kasus yang sepertinya bisa dikaji berdasarkan latar belakang dan keilmuan kita masing masing.

Tema lain yang bisa lebih ringan adalah mengenai pengalaman kita selama menjadi CPNS, misalnya: perubahan pola kerja dari malam ke siang, perubahan sikap keluarga setelah kita jadi CPNS, pengalaman akulturasi teman-teman dari luar sulawesi,  perubahan pola asuh anak setelah sering pulang malam, bagaimana berkompromi dengan stress kerja yang tinggi, bagaimana konsorsium mama-mama paggosip bisa terbentuk, pengalaman pemberkasan untuk kasus kehilangan ijazah, dll. Saya meyakini ada ribuan pengalaman dan perasaan kita yang bisa ditulis menjadi cerita menarik.
Selain dua tema tentang masa lalu, opsi lain yang bisa ditulis adalah mengenai mimpi-mimpi kita kedepan. Entah mimpi untuk STIA LAN Makassar, mimpi untuk LAN atau mimpi pribadi berupa rencana karir dll.

Kalaulah ini bisa diterima menjadi mimpi bersama dan akhirnya kembali mewujud menjadi AKSI KOLEKTIF maka buku ini seharusnya sudah bisa dicetak dan disebarluaskan setelah kita dapat SK PNS (semoga) bulan Januari 2019. Hal-hal mengenai judul buku, cetak dimana, berapa biayanya akan dibahas dalam tempo yang sesingkat-singkatnya setelah naskah terkumpul pada bulan Desember 2018.

***

Sepertinya saya sudah telalu banyak berencana tanpa meminta persetujuan teman-teman. Ini tidak harus dilakukan, karena saya bukan ketua kelas (apalagi KEPALA LAN). Tetapi sekali lagi, saya mengingatkan bahwa kita sama-sama belum tau bagaimana kebersamaan kita akan berakhir tetapi setidaknya kita bisa sama-sama mengingat bagaimana semua ini dimulai. Semoga buku kumpulan tulisan bisa menjadi sarana untuk itu selain foto-foto.

Jika pun tidak, saya telah menitipkan foto rame-rame kita dihari pertama diterima sebagai CPNS di STIA LAN MAKASSAR. Semoga itu bisa menjadi pengingat dengan kesan yang kuat. Buku catatan itu sendiri, terserah akan digunakan seperti apa. Tetapi saya perlu ceritakan bahwa buku itu sebenarnya adalah tawaran budaya baru kepada kita semua bahwa yang berulang tahun tidak selamanya berbagi kebahagiaan dengan “traktiran” makan. Bisa juga dengan hal-hal lain, dan saya bermimpi suatu saat akan berbagi buku karya saya sendiri di hari ulang tahun saya yang entah ke berapa. Semoga kita semua panjang umur hingga saat itu tiba. Oleh karena saya belum bisa membagikan buku kepada kalian semua maka saya berkompromi dengan membagikan buku catatan dan ajakan untuk menulis buku secara kolektif. Untuk itu, saya berharap di buku catatan itu ada coretan-coretan mengenai tulisan yang akan dikumpulkan menjadi sebuah buku karya kita bersama.

Terima kasih untuk kesediaan teman-teman membaca tulisan yang tidak jelas ini. Semoga mimpi ini menjadi mimpi kolektif dan 2019 kita terbitkan buku bersama.

Makassar, 6 Juni 2018
Hormat Saya
ERWIN MUSDAH

Kamis, 25 Januari 2018

Menjadi Pramuka

Aku juga ingin mengucapkan selamat hari pramuka.
Lantas ku ingat amanah yang kadangkala ku abaikan.
Cukup bertanggungjawab dan dapat dipercayakah aku untuk menyebut diriku pramuka?

Aku ingin mengucap selamat hari pramuka.
Lantas ku ingat kata kataku yang kadangkala menyakiti orang lain.
Cukup sucikah aku dalam pikiran perkataan dan perbuatan untuk menyebut diriku pramuka?

Aku ingin mengucap selamat hari pramuka.
Lantas ku ingat waktu yang kadang ku lalaikan.
Cukup disiplin berani dan setiakah aku untuk menyebut diriku pramuka?

Aku ingin mengucap selamat hari pramuka.
Lantas ku ingat si miskin yang kubiarkan kelaparan di jalan.
Cukup berkasih sayangkah aku kepada sesama manusia untuk menyebut diriku pramuka?

Bukan karena baju coklatnya orang menjadi pramuka. Sebab tak ada diantara sepuluh dharma itu yang menyebutkan seragam. Tak pula karena tali temali orang menjadi pramuka. Sebab tak ada diantara sepuluh dharma itu yang menyebutkan tekpram.

Pramuka adalah tentang sepuluh nilai dasar yang menjadikan manusia paripurna. Lalu adakah manusia yang separipurna itu selain para penyampai pesan Tuhan? Jika tak ada, apakah berarti pramuka itu tak pernah betul betul ada?

Di ujung kontemplasi ini ku temukan jawaban yang justru berada di awal seseorang menjadi pramuka. Pada janji yang dijamin atas nama kehormatan. Pada trisatya kudapati jawabannya. Bahwa pramuka bukan soal hasil akhir tapi pada kesungguhan gerak menuju padanya. Pada setiap yang menjadi pramuka harus terlebih dahulu berjanji akan "bersungguh sungguh" menjalankan kewajiban kepada tuhan, negara, masyarakat dan nilai nilai dasar yang sepuluh itu. Jadi makna pramuka bukan pada hasil tapi pada proses yang dilalui secara bersungguh sungguh menuju paripurna.

Jadi apakah aku sudah pramuka? Yang pasti aku pernah berjanji untuk bergerak menuju paripurna. Pada gerak itu aku merasa pramuka.

Jadi bolehlah kali ini ku ikut mengucap Selamat hari pramuka bagi yang masih bersungguh sungguh menuju paripurna.

Makassar 14 Agustus 2017

Dunia yang Kukejar


Dunia yang ku kejar

Kuharap kepalaku kan tegak

Kudapati kepalaku tertunduk malu

Dunia yang ku kejar

Kupikir cita-cita ideal kan terwujud

Kudapati kompromi-kompromi yang kian busuk

Dunia yang kukejar

Tak henti hentinya memanggil tuk terus berlari

Kupikir sekarang aku yang dikejarnya

Dunia yang kukejar

Dalam berdiri ku tegak

Otak dipuncak

Hati terinjak

Kamis 20 Juli 2017

Makassar

 
 
Blogger Templates