Tulisan ini sesungguhnya adalah pelanggaran. Saat seharusnya saya menyelesaikan setumpuk tulisan lain yang berkaitan dengan tugas di kantor, saya malah menulis di blog ini. Pekerjaan saya memang menumpuk belakangan ini. Semua tiba-tiba seolah datang bersamaan. Di tengah kesibukan itu, saya sekali sekali melarikan diri. Menulis ini adalah salah satu bentuk pelarian selain membuka sosmed, membaca artikel artikel, novel atau buku.
Pelarian yang akan saya ceritakan kali ini adalah tentang karya Yuval Noah Harari. Saya memiliki dua buku fenomenal karya Harari, Sapiens dan Homo Deus. Orang-orang menyarankan membaca Sapiens dulu lalu Homo Deus. Saya tidak mengikuti saran itu. Saya membaca Homo Deus dan rencananya akan membaca Sapiens belakangan.
Buku ini menarik bagi saya karena saya memang selalu senang membaca tulisan yang menyajikan fakta sejarah untuk memahami masa kini dan masa depan. Itulah mengapa novel yang berkesan bagi saya selalu saja ada konteks sejarahnya seperti tetralogi buruh karya Pramudia, Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan, dan yang terbaru Laut Bercerita nya Leila S. Choduri. Buku Homo Deus ditulis dengan gaya bercerita seperti itu. Mulai dari sejarah, konteks masa kini dan proyeksi masa depan.
Harari bercerita bagaimana manusia di masa lalu kalah dengan wabah dan perang. Harari menyajikan data bagaimana wabah bisa menghabiskan lebih dari setengah populasi di sebuah negara di masa lalu. Informasi ini menarik bagi saya di tengah perdebatan tentang vaksin campak rubella. Kalau saja orang-orang membaca bagaimana wabah menghabiskan populasi di masa lalu, ide tentang vaksin akan lebih muda diterima dibandingkan ide-ide konspiratif.
Manusia saat ini adalah manusia yang berhasil mengalahkan hari-hari suram dari wabah dan perang yang berdampak buruk di masa lalu. Manusia mengembangkan vaksin serta sistem sosial yang pada akhirnya menghindarkan manusia pada penderitaan-penderitaan seperti masa lalu. Setelah melalui tahap bertahan hidup, manusia kini mencari sesuatu yang lebih dari sekedar perdamaian dan bebas dari wabah. Harari menyimpulkan bahwa kebutuhan manusia saat ini adalah untuk hidup abadi (immortal) dan bahagia. Setelah menang melawan virus, manusia mengupayakan agar hidup lebih lama. Jika memungkinkan, hidup selamanya. Untuk mencapai kebahagiaan, manusia menciptakan teknologi untuk mempermudah hidupnya.
Bagaimana sejarah akan berjalan ke depan? untuk mencapai kebahagiaan dan keabadian, manusia menciptakan biroteknologi dan artificial intelegent. Dua instrumen ini pula yang akan berpengaruh terhadap masa depan umat manusia. Bagaimana bioteknologi dan artificial intelegent berpengaruh ke masa depan akan saya ceritakan di lain waktu karena saya belum tuntas membaca bagian itu.
Lalu mengapa Homo Deus? Harari bercerita tentang perubahan cara berpikir manusia. Saat wabah belum dipahami manusia, segalanya dianggap sebagai hukuman Tuhan kepada manusia. Saat ini, saat sains sudah mampu menjawab banyak hal yang dulunya belum dipahami manusia, kepercayaan manusia terhadap Tuhan diyakini Harari sudah menghilang. Bahkan beberapa kali Harari mengutip pernyataan Nitzce bahwa "Tuhan telah Mati". Dengan obsesi manusia untuk hidup abadi dan mengontrol segala hal, manusia telah berupaya untuk menjadi Tuhan. Itulah mengapa Homo Deus dipilih menjadi judul buku ini. Dalam buku ini, Harari juga menjelaskan proses bagaimana kata-kata bisa membentuk realitas. Kata-kata yang dimaksud seperti data, teori dan dan bahkan kitab suci. Pernyataan kontroversial dari Rocky Gerung beberapa saat yang lalu tentang 'kitab suci adalah fiksi" dijelaskan lebih jauh oleh Harari. Saya akhirnya meyakini jika pernyataan Rocky Gerung terinspirasi dari Homo Deus. Saya sekaligus sedikit mengerti cara berpikir Rocky Gerung dalam hal "Ketuhanan yang Maha Esa".
Apa yang menarik selain konten sejarah yang diceritakan oleh Harari adalah gaya menulisnya. Dalam banyak bagian, dia membiarkan celah bagi saya untuk meragukan tulisannya. Seolah dia sengaja membuka lubang besar untuk dikritisi. Semua kritikan yang telah menghantui pikiran saya saat membaca di bagian awal dijawab tuntas di bagian akhir. Saya akhirnya merasa seperti sapi yang dihidungnya dipasangi rotan lalu ditarik kesana kemari sesuai kehendaknya. Tentang agama misalnya, Harari mengkritik agama karena tidak menyediakan jawaban tentang masalah teknologi yang dihadapi manusia saat ini. Menurutnya, agama hanya berdimensi masa lalu. Saya tentu saja dengan posisi defensif berpikir bahwa tafsir tentang kitab suci nyatanya selalu berkembang setiap zaman. Saya merasa Harari salah dalam hal tersebut. Lalu dibagian akhir, Harari mencontohkan bahwa pemuka agama bukan mengembangkan sesuatu dari kitab suci. Ketika dunia berkembang, para pemuka agama akan "kembali membaca ayat demi ayat dalam kitab suci dan pada akhirnya menemukan penjelasan moral tentang fenomena tersebut". Bagi saya itu adalah pukulan yang cukup telak untuk meruntuhkan sikap Defensif saya. Saya mau tidak mau harus menyetujui apa yang dituliskan oleh Harari.
Saya beruntung karena hidup dalam masyarakat religius. Saya tidak bisa membayangkan jika saya hidup dalam masyarakat sekuler. Barangkali saya akan dengan mudah menjadi ateis dengan bacaan-bacaan seperti ini. Lingkungan religius membentuk cara berpikir saya untuk keluar dari perdebatan rasional seperti itu. Jika ada pertanyaan yang belum mampu terjawab hari ini, saya yakin bukan karena Tuhan tidak ada sebagaimana diyakini Harari. Yang saya yakini dalam banyak hal, Tuhan memang tidak serta merta mampu dijelaskan oleh akal. Bukankah syarat pertama untuk menjadi Islam adalah menyatakan "tidak ada Tuhan selain Allah". Persaksian ini di mulai dari menegasikan lalu kemudian menegaskan. Homo Deus pada ahirnya saya anggap sebagai bagian dari persaksian ini.
***
Membaca Homo Deus di hari-hari yang serba berat rasanya seperti piknik melintasi zaman. Saya merasa seperti memasuki otak para pelaku sejarah yang diceritakan oleh Harari. Tak seperti pikinik ke tempat menarik yang hanya melibatkan rasa, piknik yang dipandu oleh Harari melibatkan logika, perasaan dan keyakinan. Bukankah ini piknik yang cukup menarik bagi orang-orang yang memang sedang butuh piknik?
Makassar, 14 Agustus 2018
Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan
Selasa, 14 Agustus 2018
Rabu, 24 Oktober 2012
Telaah Buku Membunuh Indonesia
Ide menulis resensi buku membunuh
Indonesia tiba-tiba muncul sore ini didasari sebuah peristiwa ringan di kamar
kost. Penulis secara spontan menegur teman kost karena membawa rokoknya masuk
ke dalam kamar ketika ingin mengambil koran hari ini untuk dibacanya. Seketika
peristiwa itu mengingatkan penulis akan sebuah buku yang pernah dibahas dalam
sebuah acara Bedah Buku yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan.
Acaranya meninggalkan kesan tersendiri bagi penulis selain karena temanya yang
menarik juga karena pada saat itu penulis didadak menjadi panelis semalam
sebelum diskusinya dimulai. Menjelang magrib tiba-tiba panitia pelaksana datang
ke tempat penulis membawakan sebuah buku berjudul “Membunuh Indonesia” dan
meminta kesediaan penulis menjadi salah satu panelis untuk kegiatan yang akan
dilaksanakan keesokan paginya.
Berlatar kejadian menarik itu,
seharusnya dapat dimengerti jika resensi buku tersebut tidak begitu baik
disajikan dalam tulisan ini. Faktor lain yang membuat informasi dalam tulisan
ini cukup terbatas karena penulis hanya mengandalkan ingatan atas bacaan buku
tersebut mengingat buku yang dimaksud berada cukup jauh dari Jogja untuk bisa
dibuka kembali.
Buku Membunuh Indonesia ini
merupakan buku yang isinya tentang ekonomi politik dalam konspirasi
menghancurkan kretek Indonesia. Pada bab awal digambarkan bagaimana kekuatan
politik bangsa asing (red: bangsa kapitalis) “menghabisi” produksi-produksi
unggulan Indonesia seperti kelapa sawit, jamu dll. Media pengancur yang
digunakan adalah lembaga-lembaga penelitian dan badan-badan Internasional yang
mengeluarkan standar kelayakan atau kesehatan suatu obat dan makanan. Untuk
lebih mempermudah pemahaman, dapat dicontohkan bagaimana produk dalam negeri
biasanya dilarang beredar dipasaran jika tidak mendapat izin dari BPOM.
Produksi kelapa sawit misalnya,
dihancurkan dengan publikasi hasil riset yang menyimpulkan bahwa minyak yang
dihasilkan oleh kelapa sawit Indonesia mengandung kolesterol yang tinggi
sehingga berbahaya bagi kesehatan. Begitu pula jamu-jamu yang diproduksi di
Indonesia belum memenuhi standar higenitas. Hasil riset tersebut kemudian
menyebabkan kelapa sawit dan jamu produksi Indonesia menjadi tidak laku di
pasar internasional dan secara otomatis mematikan produksi-produksi lokal.
Pada bab selanjutnya dijelaskan
sejarah rokok dan sejarah kretek di Indonesia. Rokok menurut sejarahnya masuk
ke Indonesia pada zaman kolonial belanda. Produksi tembakau di Indonesia yang
melimpah membuat VOC yang memang merupakan perusahaan dagang tertarik
mengembangkan industri rokok di Indonesia. Ketersediaan bahan baku ditambah
upah pekerja murah menjadi faktor utama yang mendorong terwujudnya industri
rokok di Indonesia. Hasil industri tersebut awalnya dipasarkan di pasaran
Internasional. Pada saat itu, warga pribumi belum dibolehkan untuk merokok
sampai terjadi resesi yang mengakibatkan keterputusan akses ke pasar
Internasional. Dengan produksi yang melimpah dan pasar yang kurang, akhirnya
pemerintah belanda membolehkan warga pribumi untuk merokok. Pada saat itulah
rokok mulai tersebar dan membudaya di sepanjang nusantara. Budaya merokok
terekspresikan berbeda di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya dalam
kultur masyarakat Bugis kita kenal istilah ico’
untuk sebutan terhadap rokok.
Industri rokok di Nusantara
sendiri telah melalui berbagai tantangan masa resesi ekonomi dan terbukti masih
bisa bertahan hidup hingga saat ini. Karena itulah WS Rendra, sang burung
merak, sangat memuji Industri rokok sebagai model ideal kemandirian
perekonomian di Indonesia. Betapa tidak, Industri ini mulai dari bahan baku,
produsen dan konsumen semuanya ada dalam negeri. Tembakau sebagai bahan baku
tersedia melimpah di Indonesia, pabrik-pabrik pembuatan rokok juga masih mampu
bertahan dan terus memproduksi rokok dan ditambah lagi konsumen paling besar
dari rokok itu sendiri adalah bangsa kita sendiri.
Dalam bab lain dalam buku
Membunuh Indonesia diulas sejarah tentang kretek, mengapa kretek disebut
sebagai rokok asli Indonesia. Kretek menjadi khas karena adanya bahan campuran
selain dari tembakau yaitu cengkeh. Menurut sejarahnya, racikan rokok kretek
itu tidak sengaja ditemukan oleh seorang petani. Pada mulanya petani tersebut
mengalami sakit dibagian dadanya. Rasa sakitnya itu diobati dengan menggosokkan
minyak cengkeh kedadanya. Walhasil, rasa sakit di dadanya berkurang. Akhirnya
dia coba mengoleskan minyak cengkeh tersebut pada rokok dan dihisap asapnya
sehingga sakit dadanya pun sembuh. Racikan itulah yang kemudian dikenal dengan
isitilah kretek. Mengenai penamaannya sendiri mengapa disebut kretek karena
kretek itu dianggap menyerupai bunyi tembakau yang trebakar, bunyinya
kretek..kretek.. Dari situlah nama kretek digunakan untuk menyebut rokok yang
berbahan campuran cengkeh.
Dalam perkembangan selanjutnya,
rokok kretek yang berkembang di Indonesia mendapatkan pesaing baru dalam dunia
bisnis rokok khususnya oleh perusahaan rokok putih yang sudah dapat digolongkan
sebagai Multi National Corpration.
Perebutan lahan bisnis oleh perusahaan rokok ini dinilai sudah tidak sehat.
Pengusaha rokok putih yang berbasis di USA mendapat dukungan pemerintahnya
melalui pembatasan peredaran rokok kretek di negaranya melalui bea pajak impor
yang sangat tinggi. Berbeda halnya di Inonesia yang justru sebaliknya, tren bea
impor semakin menurun. Pola persaingan lain yang dilakukan oleh pengusaha rokok
putih yaitu, sebagaimana dijelaskan diawal, menggunakan legitimasi penelitian
untuk menunjukkan secara ilmiah bahwa rokok kretek mempunyai kadar yang
melebihi standar aman untuk dikonsumsi.
Selain rokok putih, lawan dari
rokok kretek adalah kampanye anti rokok. Penelusuran yang disajikan dalam buku
ini mengungkapkan perusahaan-perusahaan yang menyokong usaha-usaha publikasi
kampanye bahaya merokok. Perusahaan-perusahaan yang dimaksud salah satunya
adalah perusahaan yang memproduksi obat yang digunakan dalam rehabilitasi
pecandu rokok. Kampanye bahaya merokok tentunya bakal merugikan perusahaan
rokok dan pastinya menguntungkan perusahaan obat rehabilitasi perokok tadi.
Konteks ekonomi politik dalam
pertarungan antara rokok putih dan rokok kretek dan antara perusahaan rokok
dengan perusahaan obat rehabilitasi disimpulkan oleh para penulis buku Membunuh
Indonesia sebagai sebuah usaha untuk mematikan perekonomian lokal Indonesia.
Dampak yang digambarkan akan terjadi jika konspirasi penghancuran rokok kretek
di Inodonesia terus berlanjut adalah matinya perusahaan rokok kretek Indonesia
yang akan mengakibatkan ribuan pekerjanya mulai dari petani tembakau sampai
buruk pabrik akan kehilangan lapangan pekerjaan. Selain itu, pemasukan negara
akan berkurang besar mengingat pemasukan dari sektor pajak rokok tergolong
sangat besar. Secara umum, disimpulkan bahwa mematikan usaha kretek di
Indonesia berarti Membunuh Indonesia.
Telaah Kritis
Buku Membunuh Indonesia ini
merupakan buku yang sangat profokatif. Hal tersebut dapat terlihat dari model
penyusunan bukunya yang pada bagian awal menceritakan bagaimana
produksi-produksi lokal di Indonesia dimatikan secara sistematis oleh
konspirasi Intrenasional. Bagian awal inilah yang dapat menyentil sentimen
Nasionalisme kita dana menjadikannya perspektif dalam membaca bagian-bagian
selanjutnya. Luapan kemarahan kita kepada bangsa-bangsa atau
perusahaan-perusahaan asing itulah yang menjadi landasan dalam menikamati
paparan data dan sejarah yang disajikan dalam bahasan-bahasan selanjutnya.
Perlu menjadi perhatian kita
bahwa emosi terkadang mereduksi akal sehat kita, menjadikan kita tidak objektif
dalam melihat persoalan yang sebenarnya. Konteks itu yang coba dibangun dalam
struktur buku ini. Namun sebagau bahan refleksi, patut dipertanyakan, apakah
rokok sama dengan produksi-produksi Indonesia yang dipaparkan di awal
pembahasan? Jawabanya sama dalam beberapa hal tetapi sangat berbeda dalam hal
yang lain. Minyak kelapa sawit misalnya, dari segi perekonomian dan
ketersediaan lapangan kerja kita dapat mengatakan bahwa keduanya sama tetapi
dalam konsteks kebutuhan akan kedua barang tersebut menjadi sangat berbeda.
Minyak kelapa adalah bahan yang penting dalam kehidupan sehari-hari.
Indikatornya adalah minyak kelapa termasuk dalam satu dari sembilan bahan pokok
sedangkan rokok tidak.
Hal lain yang perlu dipikirkan kembali
setelah membaca buku ini adalah pola hegemoni dalam persaingan antara rokok
putih dan rokok kretek. Jika rokok putih menggunakan kekuatan publikasi hasil
riset yang menguntungkannya, maka tidak menutup kemungkinan rokok kretek yang
juga menggunakan metode hegemoni yang lain dengan muatan tema yang lain. Buku
mempunyai potensi yang cukup hebat sebagai media sosialisasi rokok kretek
dengan memanfaatkan isu ekonomi politik dan sentimentil nasionalisme.
Wallahuallam bishawab..
Catatan Ngawur [Yogyakarta, Selasa, 23 Oktober 2012]
Kamis, 07 Juni 2012
BELAJAR MENULIS_2
Makassar,28 April 2012,
pukul 19.15
Seri kedua rekomendasi buku
“Daripada Bete, Nulis Aja” halaman 38-40 dimaksudkan untuk melahirkan
kreativitas dengan menulis bebas. Metode yang digunakan yaitu dengan focus
menulis dalam jangka waktu tertentu
tanpa henti dengan menulis apa saja yang muncul dalam pikiran tentang
sebuah tema atau topik. Sesekali jika terjadi kebuntuan atau tidak ada
inspirasi untuk melanjutkan suatu kalimat maka disarankan untuk menulis tidak
terpikir.. tidak terpikir.. tidak terpikir.. secara berulang-ulang sampai
terdapat inspirasi baru. Usahakan tulisanmu tidak terputus, terus gerakkan
tanganmu dan tulis apa saja. Topik yang akan ditulis bebas tergantung apa yang
ada dipikiran kita, yang terpenting adalah menggerakkan pena bagi yang menulis
manual atau menggerakkan jari jemari bagi yang menggunakan komputer.
Topik yang di contohkan dalam
buku tersebut bagi yang sulit menentukan topic yaitu:
·
Apa yang kamu lihat hari ini? (Atau tidak kamu
lihat hari ini)
·
Jika kamu punya saudara kembar, akan seperti
apakah dia? (dan jika kamu punya saudara kembar, tulis seperti apa rasanya jika
hanya satu-atau tiga orang bersamaan- yang terlahir?)
·
Kemana kamu akan pergi jika dapat bepergian
kemana saja? Apa yang kamu lakukan disana?
Dari ketiga topik di atas, saya
lebih tertarik memilih topik ketiga. Berikut ulasannya:
***
“Jika Aku Dapat Pergi
Kemana Saja”
Jika aku dapat pergi kemana saja
seperti pada film doraemon dan jumper maka saya akan ke… tidak terpikir.. tidak
terpikir… tidak terpikir… Disana saya
akan melakukan.. tidak terpikir… tidak terpikir… Jika saya punya mesin waktunya
doraemon maka saya akan pergi ke zaman purba untuk tau apa betul nabi adam itu
manusia purba, saya juga akan ke zamannya Rasulullah Muhammad SAW untuk melihat
tingkah lakunya beliau sehingga tidak akan ada lagi pertengkaran diantara
pengikutnya.
Tapi semua itu hanyalah khayalan,
dalam kehidupan nyata aku tak akan kemana-mana, aku hanya ingin terus berada
disisimu..
***
Lebih lanjut dikatakan dalam buku
ini, salah satu manfaat menulis bebas adalah kata-kata tampak nyata pada
halaman walaupun hanya sepotong-sepotong tapi toh ternyata kita telah
menghasilkan sesuatu. Langkah selanjutnya adalah memperluas tulisan bebas dan
membantunya mengambil bentuk (Bagai menanbahkan air ke busa spons). Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain barainstorming (curah gagasan), clustering
(Pengelompokan) dan terakhir seleksi.
Brainstorming
Curah gagasan berarti membuat gagasan baru yang muncul dari
tulisan tulisan kita sebelumnya.
Contoh:
Kalimat-kalimat:
-
Doraemon
-
Jumper
-
Zaman
purba
-
Berada
disisimu
Gagasan Baru:
-
Teknologi
-
Film
-
Zaman
prasejarah
-
Charles
Darwin
-
Tempat
meyenangkan
Ide-ide baru ini dapat membatu dalam mengembangkan
tulisan-tulisan yang akan ditambahkan kedalam tulisan sebelumnya.
Clustering
Yaitu mengembangkan tulisan dengan membuat percabangan ke
berbagai arah. Untuk pengelompokan, dipilih ide utama dan dilingkari di tengah
halaman baru. Selanjutnya catata semua kata yang terkait dan hubungkan dengan
garis.
Contoh:
Seleksi
Yaitu mengelompokkan yang serupa
dengan yang seupa, contoh:
Yang bias kemana saja
-
Jumper
-
Teknologi
Doraemon dengan pintu ajaib dan mesin waktu
Kemana saja dalam
dimensi waktu saya akan ke:
-
Zaman
Purba
-
Zaman Nabi
Kemana saja dalam
dimensi ruang:
-
Kaki
gunung untuk mendaki
-
Menjadi
chamber, loser atu climber
Dengan metode-metode diatas, kita telah memiliki banyak
pemicu gagasan untuk ditulis.
Berikut penyempurnaan tulisan sebelumnya dengan menggunakan
rekonmendasi metode diatas:
***
Jika Aku Dapat Kemana Saja
Pernyataan yang unik dan pastinya
akan mengantarkan saya pada khayalan, entah itu tingkat tinggi seperti yang
dikatakan Ariel Peterpan atau hanya hayalan kekanak-kanakan. Dapat kemana saja
mengasosiasikan ingatan saya pada film fiksi ilmiah “Doraemon”. Kucing robot yang
berasal dari abad ke XXI yang mempunya teknologi yang sangat canggih sehingga
dapat mempermudah kehidupan. Film ini menarik karena setting yang digunakan
adalah Jepang di Abad ke XX tetapi masih diputar sampai sekarang yang sudah
berada di abad ke XXI. Uniknya karena ternyata banyak diantara teknologi yang
di tampilkan pada film itu ada yang terbukti dan jauh lebih banyak yang tidak
terbukti.
Yang terbukti dari teknologi
doraemon tidak secara gamblang seperti yang terdapat pada filmnya tetapi dengan
prinsip yang sama. Baling-baling bamboo yang merupakan alat transportasi
personal yang paling sering digunakan oleh tokoh-tokoh dalam film kartun
tersebut mempunyai prinsip yang sama dengan helicopter yang lazim kita lihat.
Adapun yang belum terbukti salah satunya yaitu pintu kemana saja dan mesin
waktu yang sekarang menjadi topic dalam tulisan ini. Dengan memiliki kedua alat itu, kita dapat pergi kemana saja
dalam dimensi ruang dan waktu. Pintu ajaib dapat membawa kita ke tempat mana
saja di dunia ini sedangkan mesin waktu dapat membawa kita ke semua masa dalam
skala waktu.
Salah satu film yang lain yang
terasosiasi dalam pikiran sehubungan dengan kata “Pergi Kemana Saja” yaitu film
berjudul “Jumper”. Di ceritakan beberapa orang dengan kemampuan khusus dapat
melompat melintasi suatu dimensi ruang ke ruang yang lain. Hanya dengan kedipan
mata, ia dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Tokoh utama
dari film tersebut diskenariokan menjadi kaya tanpa pernah bekerja bahkan untuk
sekedar membuka pintu. Jelas karena ia dapat tiba-tiba berada di dalam ruang
penimpanan uang tanpa diketahui penjaga. Kemampuan yang di salah gunakan untuk
mencuri.
Jika tadi otak mengasosiasikan
kata tersebut dengan objek lain, maka sekarang waktunya berimajinasi jika
teknologi atau kemampuan tersebut menjadi milikku. Disini saya tidak akan
mengulasnya berdasarkan item teknologi atau kemampuan supra natural melainkan
akan diulas berdasarkan prinsipnya yaitu dapat pergi ke tempat dan masa apa
saja.
Maka mulailah saya berandai andai
dalam dimensi waktu. Jika seandainya saya dapat ke masa apa saja maka masa
pertama yang akan saya datangi adalah zaman prasejarah untuk mencari tau apakah
benar teori “Charles Darwin” yang disimpulkan oleh kebanyakan orang dengan dalil
bahwa “Manusia berasal dari kera”. Asumsi tersebut melahirkan banyak spekulasi
diantaranya pernyataan “Ternyata Adam Dilahirkan”. Berada di zaman prasejarah
akan mengkonfirmasi pernyataan-pernyataan atau spekulasi-spekulasi tersebut.
Masih dalam dimensi waktu, masa
lain yang akan saya datangi adalah abad keenam-masa dimana Rasulullah Muhammad
SAW hidup. Berada dalam zaman yang sama dengan Rasulullah, menjadi sahabat
Rasulullah dan menjadi saksi hidupnya akan menjadwab semua
pertentangan-pertentangan diantara berbagai aliran dalam Agama Islam.
Pertentangan yang tak hanya dalam tataran perdebatan melainkan telah sampai
konflik terbuka, perang saudara. Pertentangan yang akar masalahnnya hanya
perbedaan informasi dan perbedaan penafsiran terhadap informasi tentang
perilaku Rasulullah, baik dalam urusan ibadah maupun urusan dunia.
Dalam dimensi ruang, jika pergi
kemana saja itu dimungkinkan, maka tempat yang menarik untuk saya kunjungi
yaitu semua kaki gunung tetinggi di Indonesia. Dari tempat itu saya akan mulai
mendaki ke puncaknya. Mungkin muncul pertanyan mengapa tidak sekalian saja
langsung ke puncak gunung, mengapa hanya sampai di kaki gunung terus kemudian
repot-repot mendaki gunung? Jawabannya, berada dipuncak gunung hanyalah hadiah
dari proses panjang mendaki gunung. Yang terpenting bukanlah menaklukkan gunung
melainkan menaklukkan diri sendiri. Medaki gunung bukan untuk mencapai
puncaknya dan berfoto narsis. Medaki gunung membutuhkan tekad yang kuat
disesrtai konsistensi untuk menembus batas yang kita buat sendiri. Itulah
kenapa dalam motivasi diri dikenal istilah, chamber,
loser dan climber.
Dalam meraih suatu impian pasti
aka nada halangan dan rintangan. Kondisi inilah yang dianalogikan sebagai
proses mendaki gunung. Chamber adalah
tipe orang yang ketika melihat puncak gunung yang begitu tinggi, nyalinya
langsung menciut dan menyatakan dirinya tak sanggup. Loser adalah tipe orang yang sementara mendaki gunung tetapi
menyerah ditengah jalan. Sedangkan Climber
adalah tipe orang yang berhasil menaklukkan gunung hingga mencapai puncaknya.
Itulah mengapa kaki gunung menjadi tempat yang paling ingin saya kunjungi.
Berada di kaki gunung dan melihat puncak gunung berarti menantang diri dan
keyakinan untuk mundur, maju setengah jalan atau menaklukkan gunung.
Begitulah khayalan-khayalan
kekanak-kanakan yang muncul dalam pikiran saya menanggapi penggalan kata “Jika
Aku Dapat Kemana Saja”. Khayalan yang hamper pasti tidak dapat terealisasikan.
Khayalan yang tidak dibarengi kemampuan untuk merealisasikannya. Karena ruang
dan waktu hanya milik-Nya dan kita hanya mengisi ruang dan waktu yang
diciptakannya untuk kita.
Mengakhiri tulisan ini, saya
tuliskan dengan sepenuh hati sebuah kahayalan tinggkat tinggi. Hayalan yang
berada satu disisi mata uang dengan realitas
disisi lainnya. Karena Tuhan menambatkan satu hati kehati lainnya tentu
tetap dengan sebebas-bebasnya kehendak kita untuk mengaminkannya.
Jika aku
dapat kemana saja
aku hanya
ingin berada disisimu
menjadi
penghuni hatimu yang kekal
Jika aku
dapat melitasi dimensi waktu
Aku akan
menyerahkan masa lalu, masa sekarang dan masa depanku
Hanya
kepadamu, bersamamu dalam keabadian
Jikapun harus
terpisah
hanya
keabadian pula yang memisahkan kita
***
Sabtu, 28 April 2012
Belajar Menulis 1
Makassar, Rabu, 25
April 2012, pukul 19.27
BELAJAR MENULIS
Tulisan ini merupakan tulisan
awal dari proses belajar menulis yang mengikuti rekomendasi penulisan dari buku
“daripada bĂȘte, nulis aja!” karya Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D halaman 33-34.
Isi tulisan merupakan jawaban dari beberapa pertanyan yang diajukan dalam buku
ini sebagai pintu masuk menuju langkah pertama menulis. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan untuk menuntun penulisan yaitu:
-
Mengapa kamu ingin menulis?
-
Apakah kamu menganggap dirimu penulis? Mengapa
ya, mengapa tidak?
-
Mengapa menulis itu penting?
-
Manfaat apa yang kamu dapatkan dan kamu harapkan
dari menulis?
-
Apa yang kamu dapatkan dari menulis? Apa yang telah
dilakukannya untukmu?
-
Apa yang paling ingin kamu tulis?
Saya mencoba menjawab pertanyaan
tersebut tidak dengan merunut satu-persatu pertanyaan tetapi langsung
membuatnya dalam sebuah tulisan secara acak. Maksudnya, setiap pertanyaan yang
jawabanyannya hampir sama akan dijawab sekaligus meskipun itu tidak berurutan.
***
Saya ingin belajar menulis karena
menulis merupakan investasi jangka panjang. Maksudnya adalah dengan menulis
kita bisa memperpanjang usia bahkan melampaui masa hidup kita. Seperti
tokoh-tokoh yang hidup di zaman yunani kuno ribuan tahun sebelum masehi
misalnya Plato, Aristoteles, Socrates dll; pemikiran mereka masih hidup dan
mewarnai zaman kita. Dengan kata lain, menulis merupakan gerbang menuju
keabadian.
Begitu pentingnya tulisan
sehingga menjadi penanda antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah. Zaman
prasejarah merupakan zaman dimana manusia belum mengenal tulisan sedangkan
zaman sejarah berlangsung saat manusia mulai mengenal tulisan dan menulis
sejarahnya. Selanjutnya sejarah merekam perkembangan dari masa ke masa sehingga
manusia tidak lagi perlu mencari dari awal tentang sebuah ilmu atau sekedar
pengetahuan. Kita tidak lagi perlu mencari tau bagaimana cara membuat lampu
karena telah ada tulisan dari Thomas Alfa Edison mengenai penemuannya tersebut
sehingga kita tinggal mengembangkan lampu itu menjadi sesuatu yang baru.
Sepenggal ulasan diatas jelas
menunjukkan bahwa saya belum dapat digolongkan sebagai seorang penulis
profesional. Seorang pembaca awam pun pasti dengan mudahnya mengiyakan bahwa
tulisan diatas masih lebih tepat digolongkan sebagai celotehan belaka tanpa
memberikan pengetahuan baru yang berarti bagi pembaca. Namun demikian,
kesepakatan dari pembaca tidak lantas menjadi penghalang tapi justru menjadi
penyemangat untuk terus belajar menulis. Karena bahkan messi pun tidak langsung
terlahir sebagai pemain terbaik dunia tetapi terlebih dahulu jatuh bangun
luka-luka belajar lika liku menendang bola. Sebagaimana halnya karya besar
sekelas La Galigo atau Mahabrata pun diawali dari sebuah titik yang dalam
kondisi tertentu hanya dianggap tak lebih dari noda.
Kemampuan menulis khususnya
tulisan ilmiah sering diidentikkan dengan penggunaan kedua belahan otak. Menulis
merupakan penggabungan antara berpikir logis yang merupakan domain otak kiri
dengan berkreasi yang merupakan domain otak kanan. Dengan demikian, berlatih
menulis secara tidak langsung juga melatih perkembangan otak kiri dan otak
kanan sekaligus juga koordinasi diantara kedua belahan otak tersebut. Menulis
merupakan proses merangkai pengetahuan yang sudah ada dalam memori menjadi
sebuah kreasi kata dalam bentuk tertulis. Kualitas sebuah tulisan ditentukan
oleh kualitas pengetahuan yang akan dirangkaikan. Bermimpi, berharap atau
bercita-cita menjadi penulis professional berarti bersedia mengawalinya dengan
pencarian pengetahuan yang memadai tentang bidang atau hal yang akan ditulis.
Ini dapat dianalogikan sambil berenang minum air makan ikan. Sambil belajar
menulis, kita sekaligus melatih kemampuan otak dan memotivasi diri untuk
belajar lebih banyak.
Menulis adalah hal yang tidak
dapat dipisahkan dengan pengetahuan. Jika seluruh pepohonan dijadikan pulpen
dan seluruh lautan dijadikan tintanya maka itu belum cukup untuk menuliskan
semua pengetahuan yang ada di dunia ini. Luasnya pengetahuan berarti pula
luasnya bidang atau hal yang dapat ditulis. Mustahil bagi seseorang untuk
mengetahui segala pengetahuan berarti juga mustahil bagi sesorang untuk dapat
menulis segala hal. Untuk itu, fokus dalam satu bidang merupakan langkah yang
terbaik untuk mulai menulis.
Ilmu pemerintahan merupakan salah
satu bidang yang menarik untuk menjadi bahan tulisan. Ilmu pemerintahan
merupakan ilmu yang masih kontroversial dikalangan pakar ilmu kenegaraan. Ilmu
pemerintahan masih belum mapan sebagai sebuah bidang ilmu. Ini merupakan
peluang besar untuk melibatkan diri dalam pencarian jati diri keilmuan dari
ilmu pemerintahan karena masih banyak hal untuk dicari dan ditulis. Akan lebih
menarik mencari pengetahuan baru ketimbang sekedar mempelajari yang sudah
mapan.
***
Sebagai evaluasi atas tulisan
yang dibuat, dalam buku tersebut disiapkan pertanyaan evaluatif “Kejutan apa yang kamu temukan?”.
Pertanyaan ini mengevaluasi perasaan saat menulis sampai tulisan selesai. Dari
tipenya, jika diklasivikasikan berdasarkan pertanyaan dalam penelitian,
pertanyaan ini merupakan pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup
karena sudah diarahkan bahwa penulis akan merasakan keterkejutan pada saat
selesai menulis sedangkan pertanyaan terbuka menanyakan perasaan terkejut apa
yang ditemukan.
Benar saja bahwa penulis merasa
terkejut bahwa ternyata pertanyaan sederhana ternyata dapat dikembangkan
kemana-mana sehingga yang paling penting ada perasaan bahwa “menulis bukanlah hal yang sulit untuk
dilakukan”.
***Silahkan Mencoba!!!!!***
Langganan:
Postingan (Atom)