Makassar, Rabu, 25
April 2012, pukul 19.27
BELAJAR MENULIS
Tulisan ini merupakan tulisan
awal dari proses belajar menulis yang mengikuti rekomendasi penulisan dari buku
“daripada bête, nulis aja!” karya Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D halaman 33-34.
Isi tulisan merupakan jawaban dari beberapa pertanyan yang diajukan dalam buku
ini sebagai pintu masuk menuju langkah pertama menulis. Pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan untuk menuntun penulisan yaitu:
-
Mengapa kamu ingin menulis?
-
Apakah kamu menganggap dirimu penulis? Mengapa
ya, mengapa tidak?
-
Mengapa menulis itu penting?
-
Manfaat apa yang kamu dapatkan dan kamu harapkan
dari menulis?
-
Apa yang kamu dapatkan dari menulis? Apa yang telah
dilakukannya untukmu?
-
Apa yang paling ingin kamu tulis?
Saya mencoba menjawab pertanyaan
tersebut tidak dengan merunut satu-persatu pertanyaan tetapi langsung
membuatnya dalam sebuah tulisan secara acak. Maksudnya, setiap pertanyaan yang
jawabanyannya hampir sama akan dijawab sekaligus meskipun itu tidak berurutan.
***
Saya ingin belajar menulis karena
menulis merupakan investasi jangka panjang. Maksudnya adalah dengan menulis
kita bisa memperpanjang usia bahkan melampaui masa hidup kita. Seperti
tokoh-tokoh yang hidup di zaman yunani kuno ribuan tahun sebelum masehi
misalnya Plato, Aristoteles, Socrates dll; pemikiran mereka masih hidup dan
mewarnai zaman kita. Dengan kata lain, menulis merupakan gerbang menuju
keabadian.
Begitu pentingnya tulisan
sehingga menjadi penanda antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah. Zaman
prasejarah merupakan zaman dimana manusia belum mengenal tulisan sedangkan
zaman sejarah berlangsung saat manusia mulai mengenal tulisan dan menulis
sejarahnya. Selanjutnya sejarah merekam perkembangan dari masa ke masa sehingga
manusia tidak lagi perlu mencari dari awal tentang sebuah ilmu atau sekedar
pengetahuan. Kita tidak lagi perlu mencari tau bagaimana cara membuat lampu
karena telah ada tulisan dari Thomas Alfa Edison mengenai penemuannya tersebut
sehingga kita tinggal mengembangkan lampu itu menjadi sesuatu yang baru.
Sepenggal ulasan diatas jelas
menunjukkan bahwa saya belum dapat digolongkan sebagai seorang penulis
profesional. Seorang pembaca awam pun pasti dengan mudahnya mengiyakan bahwa
tulisan diatas masih lebih tepat digolongkan sebagai celotehan belaka tanpa
memberikan pengetahuan baru yang berarti bagi pembaca. Namun demikian,
kesepakatan dari pembaca tidak lantas menjadi penghalang tapi justru menjadi
penyemangat untuk terus belajar menulis. Karena bahkan messi pun tidak langsung
terlahir sebagai pemain terbaik dunia tetapi terlebih dahulu jatuh bangun
luka-luka belajar lika liku menendang bola. Sebagaimana halnya karya besar
sekelas La Galigo atau Mahabrata pun diawali dari sebuah titik yang dalam
kondisi tertentu hanya dianggap tak lebih dari noda.
Kemampuan menulis khususnya
tulisan ilmiah sering diidentikkan dengan penggunaan kedua belahan otak. Menulis
merupakan penggabungan antara berpikir logis yang merupakan domain otak kiri
dengan berkreasi yang merupakan domain otak kanan. Dengan demikian, berlatih
menulis secara tidak langsung juga melatih perkembangan otak kiri dan otak
kanan sekaligus juga koordinasi diantara kedua belahan otak tersebut. Menulis
merupakan proses merangkai pengetahuan yang sudah ada dalam memori menjadi
sebuah kreasi kata dalam bentuk tertulis. Kualitas sebuah tulisan ditentukan
oleh kualitas pengetahuan yang akan dirangkaikan. Bermimpi, berharap atau
bercita-cita menjadi penulis professional berarti bersedia mengawalinya dengan
pencarian pengetahuan yang memadai tentang bidang atau hal yang akan ditulis.
Ini dapat dianalogikan sambil berenang minum air makan ikan. Sambil belajar
menulis, kita sekaligus melatih kemampuan otak dan memotivasi diri untuk
belajar lebih banyak.
Menulis adalah hal yang tidak
dapat dipisahkan dengan pengetahuan. Jika seluruh pepohonan dijadikan pulpen
dan seluruh lautan dijadikan tintanya maka itu belum cukup untuk menuliskan
semua pengetahuan yang ada di dunia ini. Luasnya pengetahuan berarti pula
luasnya bidang atau hal yang dapat ditulis. Mustahil bagi seseorang untuk
mengetahui segala pengetahuan berarti juga mustahil bagi sesorang untuk dapat
menulis segala hal. Untuk itu, fokus dalam satu bidang merupakan langkah yang
terbaik untuk mulai menulis.
Ilmu pemerintahan merupakan salah
satu bidang yang menarik untuk menjadi bahan tulisan. Ilmu pemerintahan
merupakan ilmu yang masih kontroversial dikalangan pakar ilmu kenegaraan. Ilmu
pemerintahan masih belum mapan sebagai sebuah bidang ilmu. Ini merupakan
peluang besar untuk melibatkan diri dalam pencarian jati diri keilmuan dari
ilmu pemerintahan karena masih banyak hal untuk dicari dan ditulis. Akan lebih
menarik mencari pengetahuan baru ketimbang sekedar mempelajari yang sudah
mapan.
***
Sebagai evaluasi atas tulisan
yang dibuat, dalam buku tersebut disiapkan pertanyaan evaluatif “Kejutan apa yang kamu temukan?”.
Pertanyaan ini mengevaluasi perasaan saat menulis sampai tulisan selesai. Dari
tipenya, jika diklasivikasikan berdasarkan pertanyaan dalam penelitian,
pertanyaan ini merupakan pertanyaan tertutup dan terbuka. Pertanyaan tertutup
karena sudah diarahkan bahwa penulis akan merasakan keterkejutan pada saat
selesai menulis sedangkan pertanyaan terbuka menanyakan perasaan terkejut apa
yang ditemukan.
Benar saja bahwa penulis merasa
terkejut bahwa ternyata pertanyaan sederhana ternyata dapat dikembangkan
kemana-mana sehingga yang paling penting ada perasaan bahwa “menulis bukanlah hal yang sulit untuk
dilakukan”.
***Silahkan Mencoba!!!!!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar